Rabu, 29 April 2009

Ibu

Ibu melahirkan kita sambil menangis kesakitan. Masihkah kita menyakiti- nya?
Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaan- nya?
Mencaci maki-nya?
Melawan-nya?
Memukul-nya?
Mengacuhkan- nya?
Meninggalkan- nya?
Ibu tidak pernah mengeluh membersihkan kotoran kita waktu masih kecil,
Memberikan ASI waktu kita bayi,
Mencuci celana kotor kita,
Menahan derita,
Menggendong kita sendirian.

Disaat ibumu tidur, coba kamu lihat matanya dan bayangkan matanya takkan terbuka untuk selamanya..tangannya tak dapat hapuskan air matamu dan tiada lagi nasihat yang sering kita abaikan..bayangkan ibumu sudah tiada..apakah kamu cukup membahagiakannya. .apakah kamu pernah berfikir bertapa besar pengorbanannya semenjak kamu berada di dalam perutnya...kirim pesan ini pada semua...itupun kalau kamu sayang ibumu dan mau mengingatkan teman2mu

Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Berikan lebih banyak (give more)
5. Jangan terlalu banyak mengharap (expect less)

SADARILAH bahwa di Dunia ini tidak ada 1 orang pun yang mau mati demi IBU, tetapi...
Beliau justru satu-satunya orang yang bersedia mati untuk melahirkan kita…

Senin, 27 April 2009

Toko Suami

Toko Suami

Sebuah toko unik yang menjual calon suami baru saja dibuka di kota New York, tempat dimana wanita dapat memilih suami yang paling tepat untuknya.

Di pintu masuknya terdapat tulisan :

"ANDA HANYA DAPAT MENGUNJUNGI TOKO INI SATU KALI!"

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai, dimana semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut. Anda dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya. Lalu, seorang wanita pergi ke Toko Suami tersebut untuk mencari suami yang tepat untuknya. Setelah ia membayar karcis masuk ke toko tersebut dengan harga yang cukup mahal, ia mulai memasuki lantai pertama.

Di lantai 1 terdapat tulisan...Lantai 1: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.

Di lantai 2 terdapat tulisan...Lantai 2: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan dan senang anak kecil.

Di lantai 3 terdapat tulisan...Lantai 3: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cakep.

Wow.. pikir wanita tersebut, tapi dia masih penasaran dan ingin untuk terus naik.

Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan... Lantai 4: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu pekerjaan rumah.

Ya ampun..! Si wanita berseru, "Aku hampir tak percaya..!".

Si wanita penasaran dan tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini...

Lantai 5: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan rumah dan memiliki sifat romantis.

Dia tergoda untuk berhenti di lantai 5, tapi kemudian dia melangkah kembali

ke lantai 6 dan di lantai itu terdapat tulisan...
Lantai 6: Anda adalah pengunjung yang ke 5363223. Tidak ada lelaki di lantai ini, lantai ini hanyalah semata-mata bukti untuk wanita yang tidak pernah puas seperti anda!

Terima kasih telah datang di Toko Suami. Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari ini adalah hari yang indah buat anda!

Minggu, 26 April 2009

Kisah uangseribu

Kisah Si Uang Seribu

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik.

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu
'Ya, ampiiiuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan.....bau!

Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan .... Ada apa denganmu?'
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa.
Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
'Ya, beginilah nasibku , kawan.
Sejak kita keluardari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus.
Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal.
Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam.
Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam.
Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg.
Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke 'baluang' (pren : tau kan baluang...?) Inang-inang.
Begitulah perjalananku dari hari ke hari.
Itu makanya saya bau,> kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas.> ......' Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

'Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku.
Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum.
Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali.
Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel> berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis.
Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus.
Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu.
Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. '
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega,
katanya : 'Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!'
'Apa itu?' uang seratus ribu penasaran.
'Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong kolekte di gereja dan di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain.
Hampir setiap jum'at dan minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana.....'

Gaji Papa berapa ?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta
terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti
biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan
pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga
ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah
menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10
jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji
Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar
sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak
menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari
mengikutinya.

"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa
digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew.
Tetapi Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,

"Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ?

Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa...."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya
mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di
kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati
sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,
"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta
uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan
kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga.
Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat
berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada
Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka
setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000,
makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil
itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan
harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan
anaknya.

" Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya "